Add caption |
PERKEMBANGAN ISLAM PADA PERIODE KLASIK (650-1250)
DAULAH BANI UMAYYAH DAN DAULAH BANI ABBASYIAH
SILSILAH DAULAH
BANI UMAYYAH DAN BANI ABBASYIAH
I.
Mengambil ibrah dari perkembangan Islam pada
periode klasik untuk kepentingan masa kini dan yang akan datang
Banyak diakui bahwa perkembangan peradaban
Islam mencapai puncaknya pada periode klasik. Salah satu eksistensi dari
peradaban tersebut adalah pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan seperti
Filsafat, matematika, astronomi, kedokteran, sastra, politik, militer dan
ilmu-ilmu lainnya.
Ada beberapa ibrah berharga yang dapat
dijadikan sebagai kaca kehiduan ummat Islam dalam kepentingan masa kini dan yang
akan datang.
1.
Islam bersifat kosmopolit,
terjadinya antara berbagai kebudayaan dan peradaban. Adanya kontak antar
kebudayaan dan antar peradaban dalam wilayah kekuasaan umat Islam membuat
peradaban Islam tumbuh subur. Berbagai unsure dari berbagai kebudayaan dan
peradaban itu diolah kembali menjadi umat Islam dengan keercayaan diri yang
begitu tinggi. Dengan kepercayaan diri yang tinggi itu, umat Islam tidak
khawatir bahwa unsur-unsur kebudayaan dan peradaban yang sudah ada akan
mencederai dan merusak keimanan mereka. Sebaliknya, dengan mengolah hasil
kebudayaan dan peradaban lain itulah keimanan mereka semakin bertambah dan
mantap,
2.
Etos keilmuan para penguasa;
mereka terbukti begitu mencintai ilmu pengetahua. Tak dapat diingkari bahwa
perkembangan peradaban Islam pada
periode klasik tidak dapat dilepaskan dari peran yang dimainkan oleh para
penguasa, seperti khalifah, sultan, wazir (mentri), amir (gubernur). Kepedulian mereka terhadap ilmu pengetahuan
dan dukungan mereka kepada ilmuan begitu
luar biasa. Pada beberapa masalah, mereka bahkan bersedia membayar para ilmuan
dengan emas seberat naskah yang diterjemahkan untuk menerjemahkan buku ilmu
pengetahuan dari Yunani, seperti yang dilakukan oleh Khalifah Al Makmun,
3.
Aktivitas penerjemahan karya-karya
berbahasa Yunani, Persia, India, dan lain-lain ke dalam bahasa Arab. Perlu
dicatat bahwa penerjemahan ini hanyalah merupakan langkah awal. Para ilmuan
dengan dukungan dari para penguasa melangkah lebih lanjut daripada sekedar
menerjemahkan. Dengan etos ilmiah yang memang sudah melekat pada mereka, mereka
mengembangkan ilmu pengetahuan dengan membuat berbagai eksperimen dan riset
ilmiah, dan
4.
Jangan dilupakan peran kertas.
Didirikannya pabrik kertas memungkinkan adanya kertas dengan harga murah
sehingga memungkinkan penyalinan naskah asing secara besar-besaran.
II.
Meneladani tokoh-tokoh yang berprestasi dalam perkembangan Islam pada
periode klasik.
a. Pada Masa Bani Umayyah
Pada
masa Bani Umayyah tidak semua khalifah mempunyai peran besar dalam sejarah
peradaban Islam. Hanya ada empat penguasa yang paling menonjol karena dianggap
yang paling berjasa, yaitu:
1.
Muawwiyyah I (memerintah 661-680
M),
Ia
adalah pendiri Dinasti Bani Umayyah. Selain itu, ia juga banyak membuat kebijakan
untuk membuat pemerintahannya berjalan lancar. Muawiyah pun memperluas
kekuasaannya dengan menaklukan wilayah Afrika Utara, Turkistan dan sebaginya.
Kebijakan muawiyah sebagai berikut:
a)
Membentuk Diwanul Hijabah (Lembaga
yang bertugas memberikan pengawalan Khalifah,
b)
Membentuk Diwanul Khatam (Dewan
pencatatan)
c)
Membentuk Diwanul Barid (Dinas
Pos)
d) Membentuk Shahibul Kharraj (Petugas Pemungut Pajak)
2.
Abdul Malik bin Marwan (memerintah
685-705 M),
Ia jadikan Bahasa Arab sebgai bahasa resmi dalam urusan
administrasi pemerintahan dan keuangan. Sehinga maju pesat dalam perekonomian
dan lancarnya lalu lintas perdagangan. Di tahun 695 M, Abdul Malik mengeluarkan
mata uang resmi yang berlaku di seluruh wilayah Dinasti Umayyah, berupa Dinar
Emas dan Dirham Perak. Selain itu, adanya penggandaan dan penyempurnaan huruf
al Qur’an dengan menggunakan system harakat.
3.
Walid bin Abdul Malik/Walid I
(memerintah705-715 M),
Jasa yang terlihat pada diri Walid I, yaitu memberikan
jaminan hidup terhadap anak-anak yatim dan perlindungan terhadap penderita
cacat serta membangun tempat tinggal mereka. Selain itu, ia juga membangun
jalan, gedung serta sumur. Nah, masa inilah wilayah kekuasaan Dinasti Bani
Umayyah mencapai titik terluas, meliputi Andalusi di sebelah barat dan
perbatasan kekaisaran China di sebelah Timur.
4.
Umar bin Abdul Aziz/Umar II
(memerintah 717-720 M),
Ia
dikenal dengan khalifah yang alim, santun dan bersahaja. Segala usaha yang
dilakukannya sebagi berikut:
a)
Menghilangkan perbedaan social antara
muslim arab dan non-arab (Mawali),
b)
Mengembalikan uang jaminan (pensiun)
bagi anak-anak para syuhada,
c)
Mengurangi beban pajak bagi
penganut Kristen dan menghentikan penarikan jizyah dari para mawali, dan
d)
Menyebarkan toleransi beragama.
Ia
juga mengirimkan da’I ke wilayah Islam untuk membantu memperkuat pemahaman
agama. Selain itu, ia juga berdakwah ke negeri non Islam dengan jalan damai dan
lemah lembut, bukan kekerasan. Umar II juga membuat pembukuan hadist (tadwinul
hadist, sebabnya karena banyaknya para ahli hadist yang gugur dan beredarnya
hadits palsu
b. Pada Masa Bani Abbasyiah
5
abad lebih Daulah Bani Abbasyiah berkuasa, yaitu sejak tahun 750 – 1258 M. ada
37 orang yang menjadi khalifah. Namun, hanya 9 khalifah yang benar-benar secara
de facto memegang kekuasaan.
1.
Abul Abbas As Saffah (memerintah
750-754 M),
2.
Abu Jakfar al Mansur (memerintah
754-775 M),
3.
Al Mahdi (memerintah 775-785M),
4.
Al Hadi (memerintah 785-786 M),
5.
Harun Al Rasyid (memerintah
786-809 M),
6.
Al Amin (memerintah 809-813 M),
7.
Al Makmun (memerintah 813-833 M),
8.
Al Mu’tashim (memerintah 833-842
M),
9.
Al Watsiq (memerintah 842-847 M).
Salah
satu yang paling menonjol pada masa ini adalah perkembangan ilmu pengetahuan
dan peradaban Islam yang sangat pesat. Puncak perkembangan pada masa Khalifah
Al Mansur. Namun, puncaknya terjadi pada masa ar Rasyid dan al Makmun. Keduanya
mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam dengan mensponsori
penerjemahan buku-buku berisi khazanah ilmu pengetahuan dari peradaban seperti
Yunani, Persia, dan India. Penerjemahan dan pengembangan ilmu dipusatkan di
Baitul Hikmah/Khizanatul Hikmah). Selain itu Daulah Bani Abbasyiah memperkuat
angakatan perang (masa al Makmun dan al Mu’tashim).
1.
Abdul Hamid al Katib (794 M), Abu
Amr Usman al Jahiz (868 M), dan Abu Hayyan at Tauhidi (987 M). Mereka penulis
dengan gaya sastra baru yang disebut Tawazun.
2.
Ad Dhahhak bin Ajlan, Ibrahim as
Sijzi, Ishaq bin Hamad, Abu Ali Muhammad bin Muqlah, dan Ibnul Bawwab. Mereka
adalah para pembuat kalighrafi. Jenis kalighrafi yang berkembang pada masa itu
antara lain kufi, naskhi, sulutsi, dan maghribi.
3.
Al Kindi, al Farabi, al Isfahani,
al khawarizmi, al Mas’udi, dan al Ghazaly. Namun Ziryab yang paling terkenal.
Mereka adalah seniman suara yang ada pada Bani Abbsyiah.
4.
Abdullah bin Muqaffa dan Jurjis
Bakhtisyu, mereka pada masa Khalifah al Mansur. Yuhana bin Musawaih, ia pada
masa Khalifah Ar Rasyid. Hunain bin Ishaq, ia pada masa al Makmun. Mereka semua
adalah para translator atau penerjemah.
5.
Muhammad bin Musa al Khawarizmi,
seorang ahli astronomi dan matematika
6.
al Kindi, al Farabi, Ibnu Sina,
Ibnu Rusydi, mereka adalah para filsafat terkenal pada masa Abbasyiah.
7.
Al Battani, al Biruni, mereka
adalah para astronimi terkenal.
8.
Ibnu Musawah, ar Razi, mereka adalah ahli kedokteran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar