Total Tayangan Halaman

Jumat, 10 Februari 2012

BANI UMAYYAH dan BANI ABBASIYAH (Ibrah, Tokoh dan Kemajuan)


Add caption

PERKEMBANGAN ISLAM PADA PERIODE KLASIK (650-1250)
DAULAH BANI UMAYYAH DAN DAULAH BANI ABBASYIAH


SILSILAH DAULAH BANI UMAYYAH DAN BANI ABBASYIAH


I.                   Mengambil ibrah dari perkembangan Islam pada periode klasik untuk kepentingan masa kini dan yang akan datang
Banyak diakui bahwa perkembangan peradaban Islam mencapai puncaknya pada periode klasik. Salah satu eksistensi dari peradaban tersebut adalah pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan seperti Filsafat, matematika, astronomi, kedokteran, sastra, politik, militer dan ilmu-ilmu lainnya.
Ada beberapa ibrah berharga yang dapat dijadikan sebagai kaca kehiduan ummat Islam dalam kepentingan masa kini dan yang akan datang.
1.         Islam bersifat kosmopolit, terjadinya antara berbagai kebudayaan dan peradaban. Adanya kontak antar kebudayaan dan antar peradaban dalam wilayah kekuasaan umat Islam membuat peradaban Islam tumbuh subur. Berbagai unsure dari berbagai kebudayaan dan peradaban itu diolah kembali menjadi umat Islam dengan keercayaan diri yang begitu tinggi. Dengan kepercayaan diri yang tinggi itu, umat Islam tidak khawatir bahwa unsur-unsur kebudayaan dan peradaban yang sudah ada akan mencederai dan merusak keimanan mereka. Sebaliknya, dengan mengolah hasil kebudayaan dan peradaban lain itulah keimanan mereka semakin bertambah dan mantap,
2.         Etos keilmuan para penguasa; mereka terbukti begitu mencintai ilmu pengetahua. Tak dapat diingkari bahwa perkembangan peradaban Islam  pada periode klasik tidak dapat dilepaskan dari peran yang dimainkan oleh para penguasa, seperti khalifah, sultan, wazir (mentri), amir (gubernur).  Kepedulian mereka terhadap ilmu pengetahuan dan dukungan mereka kepada ilmuan  begitu luar biasa. Pada beberapa masalah, mereka bahkan bersedia membayar para ilmuan dengan emas seberat naskah yang diterjemahkan untuk menerjemahkan buku ilmu pengetahuan dari Yunani, seperti yang dilakukan oleh Khalifah Al Makmun,
3.         Aktivitas penerjemahan karya-karya berbahasa Yunani, Persia, India, dan lain-lain ke dalam bahasa Arab. Perlu dicatat bahwa penerjemahan ini hanyalah merupakan langkah awal. Para ilmuan dengan dukungan dari para penguasa melangkah lebih lanjut daripada sekedar menerjemahkan. Dengan etos ilmiah yang memang sudah melekat pada mereka, mereka mengembangkan ilmu pengetahuan dengan membuat berbagai eksperimen dan riset ilmiah, dan
4.         Jangan dilupakan peran kertas. Didirikannya pabrik kertas memungkinkan adanya kertas dengan harga murah sehingga memungkinkan penyalinan naskah asing secara besar-besaran.

II.                Meneladani tokoh-tokoh yang  berprestasi dalam perkembangan Islam pada periode klasik.
a.       Pada Masa Bani Umayyah
Pada masa Bani Umayyah tidak semua khalifah mempunyai peran besar dalam sejarah peradaban Islam. Hanya ada empat penguasa yang paling menonjol karena dianggap yang paling berjasa, yaitu:
1.    Muawwiyyah I (memerintah 661-680 M),
Ia adalah pendiri Dinasti Bani Umayyah. Selain itu, ia juga banyak membuat kebijakan untuk membuat pemerintahannya berjalan lancar. Muawiyah pun memperluas kekuasaannya dengan menaklukan wilayah Afrika Utara, Turkistan dan sebaginya. Kebijakan muawiyah sebagai berikut:
a)   Membentuk Diwanul Hijabah (Lembaga yang bertugas memberikan pengawalan Khalifah,
b)   Membentuk Diwanul Khatam (Dewan pencatatan)
c)   Membentuk Diwanul Barid (Dinas Pos)
d)  Membentuk Shahibul Kharraj (Petugas Pemungut Pajak)
2.    Abdul Malik bin Marwan (memerintah 685-705 M),
Ia jadikan Bahasa Arab sebgai bahasa resmi dalam urusan administrasi pemerintahan dan keuangan. Sehinga maju pesat dalam perekonomian dan lancarnya lalu lintas perdagangan. Di tahun 695 M, Abdul Malik mengeluarkan mata uang resmi yang berlaku di seluruh wilayah Dinasti Umayyah, berupa Dinar Emas dan Dirham Perak. Selain itu, adanya penggandaan dan penyempurnaan huruf al Qur’an dengan menggunakan system harakat.
3.    Walid bin Abdul Malik/Walid I (memerintah705-715 M),
Jasa yang terlihat pada diri Walid I, yaitu memberikan jaminan hidup terhadap anak-anak yatim dan perlindungan terhadap penderita cacat serta membangun tempat tinggal mereka. Selain itu, ia juga membangun jalan, gedung serta sumur. Nah, masa inilah wilayah kekuasaan Dinasti Bani Umayyah mencapai titik terluas, meliputi Andalusi di sebelah barat dan perbatasan kekaisaran China di sebelah Timur.
4.      Umar bin Abdul Aziz/Umar II (memerintah 717-720 M),
Ia dikenal dengan khalifah yang alim, santun dan bersahaja. Segala usaha yang dilakukannya sebagi berikut:
a)      Menghilangkan perbedaan social antara muslim arab dan non-arab (Mawali),
b)      Mengembalikan uang jaminan (pensiun) bagi anak-anak para syuhada,
c)      Mengurangi beban pajak bagi penganut Kristen dan menghentikan penarikan jizyah dari para mawali, dan
d)     Menyebarkan toleransi beragama.
Ia juga mengirimkan da’I ke wilayah Islam untuk membantu memperkuat pemahaman agama. Selain itu, ia juga berdakwah ke negeri non Islam dengan jalan damai dan lemah lembut, bukan kekerasan. Umar II juga membuat pembukuan hadist (tadwinul hadist, sebabnya karena banyaknya para ahli hadist yang gugur dan beredarnya hadits palsu

b.      Pada Masa Bani Abbasyiah
5 abad lebih Daulah Bani Abbasyiah berkuasa, yaitu sejak tahun 750 – 1258 M. ada 37 orang yang menjadi khalifah. Namun, hanya 9 khalifah yang benar-benar secara de facto memegang kekuasaan.
1.      Abul Abbas As Saffah (memerintah 750-754 M),
2.      Abu Jakfar al Mansur (memerintah 754-775 M),
3.      Al Mahdi (memerintah 775-785M),
4.      Al Hadi (memerintah 785-786 M),
5.      Harun Al Rasyid (memerintah 786-809 M),
6.      Al Amin (memerintah 809-813 M),
7.      Al Makmun (memerintah 813-833 M),
8.      Al Mu’tashim (memerintah 833-842 M),
9.      Al Watsiq (memerintah 842-847 M).
Salah satu yang paling menonjol pada masa ini adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam yang sangat pesat. Puncak perkembangan pada masa Khalifah Al Mansur. Namun, puncaknya terjadi pada masa ar Rasyid dan al Makmun. Keduanya mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam dengan mensponsori penerjemahan buku-buku berisi khazanah ilmu pengetahuan dari peradaban seperti Yunani, Persia, dan India. Penerjemahan dan pengembangan ilmu dipusatkan di Baitul Hikmah/Khizanatul Hikmah). Selain itu Daulah Bani Abbasyiah memperkuat angakatan perang (masa al Makmun dan al Mu’tashim).
1.      Abdul Hamid al Katib (794 M), Abu Amr Usman al Jahiz (868 M), dan Abu Hayyan at Tauhidi (987 M). Mereka penulis dengan gaya sastra baru yang disebut Tawazun.
2.      Ad Dhahhak bin Ajlan, Ibrahim as Sijzi, Ishaq bin Hamad, Abu Ali Muhammad bin Muqlah, dan Ibnul Bawwab. Mereka adalah para pembuat kalighrafi. Jenis kalighrafi yang berkembang pada masa itu antara lain kufi, naskhi, sulutsi, dan maghribi.
3.      Al Kindi, al Farabi, al Isfahani, al khawarizmi, al Mas’udi, dan al Ghazaly. Namun Ziryab yang paling terkenal. Mereka adalah seniman suara yang ada pada Bani Abbsyiah.
4.      Abdullah bin Muqaffa dan Jurjis Bakhtisyu, mereka pada masa Khalifah al Mansur. Yuhana bin Musawaih, ia pada masa Khalifah Ar Rasyid. Hunain bin Ishaq, ia pada masa al Makmun. Mereka semua adalah para translator atau penerjemah.
5.      Muhammad bin Musa al Khawarizmi, seorang ahli astronomi dan matematika
6.      al Kindi, al Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusydi, mereka adalah para filsafat terkenal pada masa Abbasyiah.
7.      Al Battani, al Biruni, mereka adalah para astronimi terkenal.
8.      Ibnu Musawah, ar  Razi, mereka adalah ahli kedokteran.

Tidak ada komentar: